Dan kepada apa-apa yang diturunkan sebelum engkau, dan terhadap negri akhirat mereka yakin
5
I
أُولٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدٗى مِّنۡ رَّبِّهِمۡۖ
Mereka Itulah berada diatas petunjuk Tuhan mereka,
II
وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung
Makna Ayat
ذَٰلِكَ الۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَ ۛفِيۡهِۛ
Kitab ini (Al Qur’an) sama sekali tidak ada keraguan di dalamnya
Menurut Prof. Quraish Shihab kata ذَٰلِكَ adalah isyarat untuk jarak jauh, hal tersebut memberi makna bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan yang amat tinggi, jauh diatas nalar manusia, karena bersumber dari Allah yang Maha Tinggi. Demikian juga kata لَا رَيۡبَ: لَا disini adalah (لَا نَافِيَةٌ لِلۡجِنۡسِ) laa naafiyatun liljinsi, yaitu laa yang memberi makna meniadakan segala hal yang dapat menimbulkan keraguan, sedangkan kata رَيۡبَ: Berarti keraguan yang dapat menimbulkan kegelisahan.[1]
Hadits yang berkaitan dengan Surah Al Baqarah ayat 2 yaitu:
“Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah jamuan Allah. Maka hendaklah kalian mempelajari dari jamuan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah tali Allah, dan dia adalah cahaya yang jelas, obat yang bermanfaat, penjagaan bagi yang berpegangteguh kepadanya, dan keselamatan bagi orang yang mengikutinya. Ia tidak bengkok sehingga harus diluruskan, dan ia tidak menyimpang sehingga dikecam. Dan keajaibannya tidak berakhir, dan ia tidak memudar karena banyak yang menolaknya.” (HR. Abu Daud)
Rasulullah SAW bersabda: dikatakan kepada pemilik Al Qur’an bacalah! Dan naiklah ke tingkat yang lebih tinggi! Dan bacalah dengan tartil (pelan-pelan dengan memperhatikan tajwidnya)! Sebagaimana engkau dahulu mentartil Al Qur’an di dunia sesungguhnya kedudukanmu (di surga itu) tergantung pada akhir ayat yang engkau baca (sebanyak ayat yang engkau baca)” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi menshohihkannya)
Rasulullah SAW bersabda: Al Qur’an datang pada hari kiamat, lalu ia berkata: Ya Tuhanku hiasilah ia! Lalu Ia dipakaikan mahkota kehormatan, kemudian ia berkata lagi: Ya Allah tambahkanlah lalu ia dipakaikan lagi perhiasan kehormatan kemudian ia berkata: Wahai Tuhanku, ridhailah ia lalu Ia (Allah) meridhoinya lalu dikatakan kepadanya bacalah! Dan naiklah ke tingkat (surga) yang lebih tinggi, maka ditambahkanlah bagi setiap ayat yang dibaca satu balasan yang baik. (HR At Tirmidzi dengan sanad yang shohih)
Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh yang serupa, aku tidak berkata الٓمٓ (alif lam mim) itu satu huruf tapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf. (HR. At Tirmidzi)
هُدى لِّلۡمُتَّقِيۡنَ.
Al Qur’an itu merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa
Maknaهُدًىadalahhidayah berarti petunjuk yang sudah mencapai kesempurnaan, sehingga ia (Al Qur’an) tidak sekedar berfungsi untuk memberi petunjuk tetapi dia adalah perwujudan dari petunjuk itu sendiri.
Makna هُدًى adalah hidayah berarti petunjuk yang sudah mencapai kesempurnaan, sehingga ia (Al Quran) tidak sekedar berfungsi untuk memberi petunjuk tetapi dia adalah perwujudan dari petunjuk itu sendiri.”
تَقۡوَى menurut Quraish Shihab memiliki 3 tingkatan:
Menghindar dari kekufuran dengan jalan beriman kepada Allah.
Berupaya melaksanakan perintah Allah sepanjang kemampuannya dan menjauhi larangan-Nya.
Menghindar dari segala aktivitas yang menjauhkan pikiran dari Allah Swt.[2]
Sedangkan menurut Syaikh Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur, taqwa adalah:
Taqwa adalah “Beramal dengan mentaati Allah dibawah cahaya Allah SWT karena mengharap rahmat Allah, dan taqwa juga adalah menjauhi kedurhakaan kepada Allah SWT atas hidayah (cahaya) dari Allah karena ia takut adzab Allah.”
oleh sebab itu hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam beragamalah yang mendapat hidayah ini.
Menurut Syaikh Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti hanya orang-orang yang bertaqwalah yang dapat mengambil pelajaran dari Al Qur’an, hidayah Allah hanya dapat diterima ketika manusia itu siap dengan hati yang bersih, tanpa penyakit hati sedikitpun. Hidayah taufiq membuat manusia bersih dari penyakit hati, mereka akan kokoh dengan keimanan yang mereka miliki, oleh sebab itu hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam beragamalah yang mendapat hidayah ini.
MACAM-MACAM HIDAYAH
Hidayah kepada jalan lurus yaitu agama Islam, inilah hidayah yang paling penting terdapat pada surah Al Fatihah ayat 6 yang berbunyi:
اهۡدِنَا الصِّرَٰطَ الۡمُسۡتَقِيۡمَ ٦
“Tunjukkan kepada kami jalan yang lurus” (QS. Al Fatihah: 6)
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.”(Qs. Al An’am; 161)
Hidayah mengenal Allah, terdapat dalam Surat An Nazi’at ayat 19 yang berbunyi:
وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ ١٩
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” (Qs. An Nazi’at: 19)
Tambahan hidayah bagi orang yang telah mendapat hidayah, seperti terdapat pada Surat Maryam: 76
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.(Qs. Maryam: 76)
Hidayah menuju Islam dan iman, terdapat dalam surat Al hujurat ayat 17 yaitu:
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
(Qs. Al Hujurat: 17)
Hidayah kepada jalan-jalan kebenaran, terdapat dalam Surat Al Ankabut ayat 69, yaitu:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al Ankabut: 69)
Hidayah fithriyyah (Hidayah ketika Allah menciptakan makhluk-Nya), terdapat dalam Surat Thoha ayat 50 yang berbunyi:
Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (Qs. Al Isra’: 9)
Petunjuk mengenal 2 (dua) jalan yaitu baik dan buruk, terdapat dalam Surat Al Balad ayat 10 yang berbunyi:
وَهَدَيۡنَٰهُ النَّجۡدَيۡنِ ١٠
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (Qs. Al Balad: 10)
Hidayah untuk selalu berkata yang benar, terdapat dalam Surat Al Hajj ayat 24 yang berbunyi:
Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji. (Qs. Al Hajj: 24)
Cara Mendapatkan Hidayah
Menurut Sayyid Qutb: “Harus mendekati Al Qur’an dengan hati yang tulus sehingga akan terbuka rahasia dan cahaya Al Qur’an.”
Menurut Al Imam As Suyuti: “Dengan cara bersungguh-sungguh dalam beragama.”
Menurut Al Waqi’: “Menuntut ilmu yang benar, karena ilmu itu adalah hidayah.” Sebagaimana nasehat Al Waqi’ kepada muridnya, yaitu Imam syafi’i yang berbunyi:
Aku pernah mengadukan kepada Waqi’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukkan kepadaku untuk meninggalkan maksiat, beliau memberitahukan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah SWT tidak diberikan kepada pelaku maksiat”[4]
Kata غَيۡبٌ: bermakna hal ghoib yang diinformasikan oleh Al Qur’an dan Sunnah, dan وَيُقِيۡمُوۡنَ الصَّلَوٰةَ berarti mereka yang melaksanakan sholat secara benar dan berkesinambungan.[5]
وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنۡفِقُوۡنَ.
Dan dari apa-apa yang kami rezekikan kepada mereka,
mereka menginfakkannya
Diantara ciri dari orang yang bertaqwa adalah mereka merasakan bahwa semua rezeki yang dimilikinya itu adalah pemberian Allah, oleh sebab itu ia selalu ingin untuk membagikannya kepada orang lain sesuai yang dikehendaki oleh Allah dan rasul-Nya. Sedangkan يُنۡفِقُوۡنَ: menurut Prof. Quraish Shihab berarti mengeluarkan apa yang dimiliki dengan tulus setiap saat, secara berkesinambungan.[6]
وَالَّذِيۡنَ يُؤۡمِنُوۡنَ بِمَآ أُنۡزِلَ إِلَيۡكَ
Dan orang-orang yang mereka beriman kepada apa-apa
yang diturunkan kepadamu (Al Qur’an)
Beriman kepada Al Qur’an merupa-kan kewajiban pokok yang harus diimani oleh seorang mukmin, jika tidak mengimaninya dan tidak melaksana-kannya mendapat ancaman. Sebagai-mana terdapat dalam surat Thoha ayat 99-101:
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Qur’an). Barang siapa berpaling daripada Al Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.
Dan kepada apa-apa yang diturunkan sebelum engkau (Muhammad),
dan terhadap negri akhirat mereka yakin.
Selain kepada Al Qur’an seorang yang bertaqwa juga dituntut untuk beriman kepada kitab-kitab Allah yang sebelumnya diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW sepert Taurat, Zabur dan Injil. Hal itu disebabkan karena kitab-kitab itu juga memiliki ajaran yang sama dengan Al Qu’ran sebab datang dari Tuhan yang sama pula, namun penganut-penganutnyalah yang menyelewengkannya sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Kata يُوۡقِنُوۡنَ adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu disertai dengan hilangnya sesuatu yang mengeruhkan pengetahuan itu baik berupa keragu-raguan dan sebagainya.[7]
Mereka itulah berada diatas petunjuk Tuhan mereka,
dan mereka itulah orang-orang yang beruntung
Mereka itulah orang orang yang beruntung karena telah menjadi orang orang yang bertaqwa, sedangkan orang-orang yang beruntung itu akan mendapatkan surga Firdaus sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah dalam surat Al Mu’minun ayat 10 dan 11.
TEMA POKOK:
Kumpulan ayat diatas menjelaskan tentang ciri-ciri orang bertaqwa yang dapat mengambil hidayah dari Al Qur’an.
Ciri orang yang bertaqwa dalam ayat ini adalah beriman kepada yang ghaib, mengerjakan sholat, menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan, selalu beriman dan percaya kepada Al Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya dan yakin kepada hari akhirat.
[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah (Tangerang: Lentera Hati, 2021) Jilid 1 hal 106-107
Perjalanan dan Perkembangan Dakwah Firdaus Perjalanan dan perkembangan dakwah Firdaus sudah panjang dan telah melahirkan banyak generasi berprestasi. Keberkahan dari para guru menjadi kunci kesuksesan para santri kami. Renovasi Pondok...
hingga apabila mereka sampai di lembah semut , berkatalah seekor semut, ” hai semut semut masuklah kedalam sarangmu, agar kamu tidak di injak oleh Sulaiman dan tentaranya sedangkan mereka tidak...
Assalamualaikum Wr.wb.Alhamdulillah atas pertolongan Allah Azza Wa Jalla dan infak Bapak Suherfi (Pendiri Yayasan Firdaus) sebesar Rp. 50.000.000,- bersama teman-temannya yang lain bangunan ini telah berdiri, hampir siap untuk melakukan...